Misteri Taman Gantung Babylonia

"Taman Gantung Babylonia adalah salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno dan satu-satunya yang mungkin legenda murni yang masih ada."
Kang Cand - Penemu pertama menyatakan taman ini dibangun di kota kuno Babel, dekat Hillah, provinsi Babil, di Irak.

Kebun yang dikaitkan dengan Neo-Babel Raja Nebukadnezar II yang memerintah antara 605 dan 562 SM. Dikatakan bahwa sang Raja membangun kebun ini untuk menyenangkan istrinya Amytis, yang kabarnya kebun tersebut berisi pohon pinus dan tanaman tanah serta air lainya.
Tidak diketahui apa yang terjadi pada kebun tersebut. Beberapa teori menyebutkan kebun itu diratakan oleh gempa bumi yang dasyat.
Taman Gantung Babylonia didokumentasikan oleh para penulis Yunani dan Romawi kuno, termasuk Strabo, Diodorus Siculus dan Quintus Curtius Rufus.

Misteri Taman Gantung Babylonia

Josephus sejarawan Romano - Yahudi menggambarkannya "Di istana ini, dia (Nebukadnezar) mendirikan bangunan yang sangat tinggi, didukung oleh pilar batu dan dengan menanam apa yang disebut surga pensile dan mengisi dengan segala macam pohon.
"Ini dia lakukan untuk memuaskan sang ratu, karena ia dibesarkan di Media dan menyukai situasi pegunungan. "

Namun tidak ada bukti arkeologi definitif mengenai keberadaan mereka telah ditemukan.
Babylon yang merupakan ibukota dari Babylonia, imperium kuno Mesopotamia, yaitu sebuah kota yang terletak di dekat sungai Euphrates, yang sekarang dikenal sebagai Irak selatan.

Berdasarkan sejarah, dinasti pertama dari Babylon didirikan oleh Hammurabi pada masa Neo-Babylonian setelah kehancuran imperium Assyrian. Babylon menjadi salah satu kota terpenting pada zaman Timur Tengah kuno ketika Hammurabi (1792-1750 BC), menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia.
Literature bangsa Babylonia dibangun dengan sangat bagus dan rekaman cuneiform yang berhasil ditemukan menunjukkan, agama, sejarah, dan ilmu pengetahuan saat itu sangat berkembang.

Obat-obatan, kimia, alchemy, botany, matematika, dan astronomi juga dipraktekkan. Agama dan tulisan kuno yang berbentuk cuneiform ini berasal dari kebudayaan Sumer yang lebih tua. Mereka juga mengembangkan bentuk abstrak dari tulisan berdasarkan symbol cuneiform (berbentuk baji). Tulisan ini ditulis di tanah lempung yang basah dan dibakar dibawah terik matahari.
“Dongeng tentang penciptaan” bangsa babylonia ditulis dalam tujuh lembaran tanah liat dan ditampilkan serta dibacakan pada festival tahun baru di Babylon. Lembaran-lembaran ini mengisahkan tentang kesuksesan Tuhan Kota Babylon, Marduk, dan bagaimana Marduk bisa menjadi Tuhan tertinggi, Raja semua Tuhan yang ada di surga dan bumi.

Tower of Babel
Bangsa Babylonia mempunyai system angka yang lebih maju dari yang kita miliki sekarang, dengan system posisi dengan dasarnya 60. Mereka juga membuat tabel untuk membantu dalam proses perhitungan. Mereka membagi hari sama seperti yang sekarang kita lakukan, 24 jam dengan 60 menit, untuk setiap jam dan setiap menit 60.

Adat kebiasaan bangsa Babylonia ini ikut mempengaruhi bangsa Assyria dan turut memberikan kontribusi terhadap sejarah Timur Tengah dan Eropa Barat dikemudian hari.
Babylonia mengalami kemerosotan dan jatuh kedalam anarki sekitar 1180 BC, tetapi kemudian tumbuh berkembang kembali sebagai Negara bagian dari imperium Assyria setelah abad ke 9 BC.
Babylon akhirnya dihancurkan pada 689 BC, oleh bangsa Assyria dibawah kepemimpinan SennaCherib, tetapi kembali dibangun lagi. Nabopolassar mendirikan apa yang sekarang dikenal sebagai Chaldean atau Imperium baru Babylonia pada 625 BC, dan akhirnya mencapai masa keemasannya dibawah pemerintahan anaknya Nebuchadnezzar (604-562 BC).

Kejayaan serta kemegahan Babylon menjadi terkenal dan melegenda sejak naik tahtanya Nebuchadnezzar, yang dipercayai sebagai pendiri Taman Bergantung Babylonia.
Layaknya Taj Mahal di India, yang dibangun oleh Shah Jahan untuk permaisuri terkasihnya Mumtaz Mahal, taman bergantung Babylonia pun merupakan sebuah persembahan cinta.
Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang memerintah dari tahun 605-562 SM, diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri tercintanya yang berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi di pegunungan Persia (Iran).

Amytis besar diantara hijaunya pegunungan, serta sejuknya semilir angin. Kondisi kerajaannya berbanding terbalik dengan Babylonia. Babylonia merupakan wilayah datar, kering, dan panas. Hal ini membuat Amytis selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia rindu kembali ke kampung halamannya.
Untuk mengobati kerinduan istrinya Raja Nebukadnezar memerintahkan, untuk membangun sebuah taman rindang di dataran tinggi. Taman itu dibangun di timur sungai Eufrat (Euphrates), sekitar 50 km selatan Baghdad, Iraq.

Menurut sejarawan Yunani Diodorus Siculus, lebar taman ini 400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya sekitar 80 kaki. Taman ini berdiri di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu bata yang ditutup aspal dan keramik. Berfungsi untuk mencegah masuknya rembesan air ke tanah yang berkemungkinan besar akan mengkorosi fondasi taman.

Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan, bahwa taman ini terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya mencapai 56 mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk berputar balik.

Disini juga berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung dewa dari emas. Taman ini dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di kota Babylon, menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin jelas bila taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman akan terlihat menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa taman itu dinamakan taman bergantung.

Disebutkan juga, bahwa taman itu dibangun oleh Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya atau selirnya yang sangat gemar berada didaerah yang dikelilingi oleh pegunungan. Semenjak itulah taman bergantung, satu dari tujuh keajaiban dunia diperkirakan ada.