Benang dan jarum

Benang dan jarum
Benang dan jarum
Satu kali saya menyaksikan orang sedang merenda, asyik sekali dia merenda sehingga dia tidak sadar bahwa saya sedang memperhatikan kerjanya.Tiap sebentar jarum itu timbul tenggelam di dalam kain diikuti oleh benang, kemanapun jarum pergi kesana pula benang ikut. Tidak pernah benang bertingkah, membantah apalagi melawan, dan tak pernah terniat dihatinya untuk tidak patuh, atau sekali-sekali berlawanan arah dengan jarum. Kemanapun arah jarum kesana pula benang mengikutinya. Karena patuhnya benang inilah maka tercipta renda yang sangat bagus.

Sedangkan jarum sebagai orang yang paling didepan, didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, sebagai pemimpin, dia sangat berani dan penuh perhitungan, dia dapat menembus apa yang tak bisa di tembus oleh benang, dia dapat memasuki tempat-tempat yang tak dapat dimasuki oleh benang. Dia punya inisiatif dan dia punya innovasi. Benang sangat membutuhkannya untuk membantu menolong agar benang dapat sampai ke tempat yang dituju

Saya terkesan sekali akan jalinan kerja sama yang di bina antara benang dan jarum. Tanpa benang jarum tidak bisa apa-apa begitupun sebaliknya tanpa benang jarumpun tak ada artinya. Jarum kalau sendirian, justru dia tajam dan bisa-bisa menusuk dan melukai jari serta dapat menimbulkan petaka. Jika orang tertusuk pedih, maka jarum menjadi umpatan dan sesalan. Untuk itu jarum jangan dibiarkan jalan sendirian, carikan dia teman, beri dia kesempatan dan beri dia pengawal. Kemudian suruhlah dia mengerjakan apa saja, maka apapun akan ditembusnya dan apapun akan ditelusurinya

Benang, dia patuh dia penurut. tidak ada dalam kamusnya kata-kata membangkang, tak pernah dia melawan. Paling-paling kalau dia tak senang dan tak suka, karena tingkah laku jarum yang selalu berbelit-belit, maka benang itu akan kusut. kalau di bawa dia berjalan berbelit-belit tapi tetap berputar disitu-situ juga, maka dia akan merajuk dia akan berganyi, dia akan protes, lalu dia akan kusut, sehingga fikiran orang yang melihatnyapun akan bertambah kusut. Kalau dipaksa dan tidak sabar untuk menyelesaikannya, maka kusut itu akan bertambah semrawut, menimbulkan kesal dan meyesakkan dada. Kalau tak pandai-pandailah memperbaikibenang benang kusut, maka kusut itu akan membelit diri sendiri, semakin ditarik dan dipaksa dia semakin kusut.

Kusut masai dalam diri inilah yang akan mebikin binasa. Tapi dimanapun dan kapanpun selalu saja saya lihat, bahwa benang selalu patuh, selalu menurut. Saya dengar dan saya ikuti kata benang.

Waktu melihat tukang renda dan tukang jahit, saya terkesan. Hidup ini bagaikan benang dan jarum. Ada yang diikut dan ada pula pengikut. Kerja sama antara yang diikut dan pengikut inilah yang akan menghasikan renda serta sulaman yang aduhai indahnya Ketekunan jarum keluar masuk tempat yang sulit, dan kesabaran benang mengikuti kehendak jarum agaknya perlu kita simak dan kita contoh.

Akhirnya setelah sulaman selesai, jarum tidak nampak, tidak kelihatan entah kemana mengirapnya. Orangpun tak pernah mempertanyakannya lagi. Yang tampak dan yang tinggal hanyalah benang diatas sehelai kain, mengasilkan sulaman yang berwarna-warni, menimbulkan lukisan yang berharga dan mahal harganya. Disaat itu orang hanya memuji-muji, bagus benar benangnya, cantik benar
warna benang yang dijalin dengan manisnya. Sulaman itu di pajang didinding jadi hiasan, di jadikan baju yang bersulam dipakai pergi kenduri, sipemakainya bangga memamerkan baju itu kian kemari.

Yang dilihat, yang di banggakan dan yang di puji adalah hasil kerja sama antara benang dan jarum. Semula benang hanya menurut saja, akhirnya benanglah yang di pandang dan di nikmati dan di puji-puji.

Dari jauh jarum bersyukur, letihnya sudah berobat. Dia tidak cemburu dan dia tidak memprotes, dia tidak meminta supaya dikut sertakan pula dalam pameran. Sewaktu pameran, jarum disimpan dalam kotak, diletakkan jauh-jauh, jangan sampai terlihat dan jangan sampai merusak acara. Dia dibiarkan sendirian, kedinginan, tanpa baju dan tanpa sehelai benangpun.

Dari balik kotak jarum bangga melihat, hasil pimpinannya, anak buahnya, pengikutnya sudah jadi lukisan dan sulaman yang indah, di kagumi. Diapun tidak menuntut terima kasih ataupun penghargaan. Biarlah dia dilupakan, asal hasil kerjanya dapat dinikmati dan dikagumi.

Entah kemana pikiran saya melantun kesana kemari, entah kemana dia menerawang, tapi alangkah inginnya saya memiliki, menjadi dan membentuk, pemimpin yang seperti jarum ini; rela berkorban, sanggup menembus dan menempuh kesulitan-kesulitan . Berani keluar masuk kemana saja, bersedia di panggang dan di asah supaya bertambah tajam. Dan tidak menuntut macam-macam setelah programnya selesai, serta rela melihat pengikutnya di puji-puji dan disanjung orang. Kemudian yang terakhir, bersedia di masukkan kembali kedalam kotak simpanan.